Menatap lauk-pauk dan minuman dingin yang begitu menyegarkan..
Perutku membuat nada-nada indah, suara gendang bertabuh kencang
Kerongkonganku yang kering tak sadar mengeluh, menelan ludahku sendiri..
Tak tersadar kubernyanyi dengan suara yang begitu merdu..
Syairnya tak panjang, hanya, kasihanilah pak sudah dua hari saya belum makan..
Begitu terus kuulang-ulang, semakin merdu terdengar ditelingaku..
Seorang bapak pemilik warung menatapku dengan perasaan penuh sayang dan manja..
Menghardikku dengan suaranya yang keras
Mengusirku,
Agar beranjak dari halaman depan warungnya
Pemilik warung kurasa menyukai nyanyianku
Tak henti-henti kukencangkan nada suaraku
Lagi ku bernyanyi, kasihanilah pak, saya belum makan
Salah satu diantara yang menyantap makanan dengan penuh lahapnya, memandangku jijik
Ah, kurasa dia merasa iba
Meninggalkan setengah piring nasi untukku, karena melihatku
Segelas teh manis dingin segar ia minum
Kemudian menuangkannya ke dalam piring nasinya yang masih penuh dengan makanan yang enak-enak
Sembari memandangku, ia menyunggingkan senyum manisnya
Orang itu kurasa menyukai nyanyianku
Kembali kunyanyikan laguku dengan suara lantang meski kerongkonganku terasa mencekit, perih
Tolong kasihani saya pak, perut saya sangat lapar
Seorang ibu berjalan ke arahku dan mengelus rambut kucelku dengan halus
Ia lalu memberi uang, selembar seribu
Aku tersenyum, Aku bahagia
Rupanya suaraku telah menggugah hatinya
Tak lama, setelah kepergian sang ibu
Pemilik warung menghampiriku dengan gagang sapunya yang panjang
Memukul bahu dan juga pipiku
Ah, mungkin ini karena aku menghentikan nyanyianku
Pemilik warung itu mendorongku dengan keras
Aku terjerembab jatuh dikubangan sampah
Tak sengaja tanganku menyentuh sekepal nasi bungkus
Kucium nasi bungkus yang isinya adalah telur dan juga sayur tahu
Meski busuk dan basi, oh ini makanan terlezat didunia
Biasanya aku hanya bisa mendepatkan sekepal remahan roti dalam tong sampah
Ku bawa nasi bungkus berlari
Begitu riang hingga aku melonjak-lonjak di pinggir trotoar
Tak tersadar sebelah kaki tak berpijak apa-apa
Ohhh, Tuhan ku terjerembab
Sekilas ku melihat sebuah truk menciumku tepat dikeningku
Kurasakan ciuman hangat ibuku yang sudah lama telah tiada
Dengan susah payah kugapai sekepal nasi bungkusku, meski tanah disekitarku telah basaholeh merahnya darahku
Belum sampai jari tengahku menggapai nasi bungkusku
Kerongkonganku yang kering tak sadar mengeluh, menelan ludahku sendiri..
Tak tersadar kubernyanyi dengan suara yang begitu merdu..
Syairnya tak panjang, hanya, kasihanilah pak sudah dua hari saya belum makan..
Begitu terus kuulang-ulang, semakin merdu terdengar ditelingaku..
Seorang bapak pemilik warung menatapku dengan perasaan penuh sayang dan manja..
Menghardikku dengan suaranya yang keras
Mengusirku,
Agar beranjak dari halaman depan warungnya
Pemilik warung kurasa menyukai nyanyianku
Tak henti-henti kukencangkan nada suaraku
Lagi ku bernyanyi, kasihanilah pak, saya belum makan
Salah satu diantara yang menyantap makanan dengan penuh lahapnya, memandangku jijik
Ah, kurasa dia merasa iba
Meninggalkan setengah piring nasi untukku, karena melihatku
Segelas teh manis dingin segar ia minum
Kemudian menuangkannya ke dalam piring nasinya yang masih penuh dengan makanan yang enak-enak
Sembari memandangku, ia menyunggingkan senyum manisnya
Orang itu kurasa menyukai nyanyianku
Kembali kunyanyikan laguku dengan suara lantang meski kerongkonganku terasa mencekit, perih
Tolong kasihani saya pak, perut saya sangat lapar
Seorang ibu berjalan ke arahku dan mengelus rambut kucelku dengan halus
Ia lalu memberi uang, selembar seribu
Aku tersenyum, Aku bahagia
Rupanya suaraku telah menggugah hatinya
Tak lama, setelah kepergian sang ibu
Pemilik warung menghampiriku dengan gagang sapunya yang panjang
Memukul bahu dan juga pipiku
Ah, mungkin ini karena aku menghentikan nyanyianku
Pemilik warung itu mendorongku dengan keras
Aku terjerembab jatuh dikubangan sampah
Tak sengaja tanganku menyentuh sekepal nasi bungkus
Kucium nasi bungkus yang isinya adalah telur dan juga sayur tahu
Meski busuk dan basi, oh ini makanan terlezat didunia
Biasanya aku hanya bisa mendepatkan sekepal remahan roti dalam tong sampah
Ku bawa nasi bungkus berlari
Begitu riang hingga aku melonjak-lonjak di pinggir trotoar
Tak tersadar sebelah kaki tak berpijak apa-apa
Ohhh, Tuhan ku terjerembab
Sekilas ku melihat sebuah truk menciumku tepat dikeningku
Kurasakan ciuman hangat ibuku yang sudah lama telah tiada
Dengan susah payah kugapai sekepal nasi bungkusku, meski tanah disekitarku telah basaholeh merahnya darahku
Belum sampai jari tengahku menggapai nasi bungkusku
EmoticonEmoticon